LAMA juga tak mengikuti tur klub sepakbola. Terakhir
di tahun 1997-an lalu ketika Persisam masih bernama Putra Mahakam.
Sepakbola telah membawa saya mengunjungi Manado, Surabaya, Gresik,
Malang, Denpasar, Makassar hingga Provinsi Irian Jaya. Saya harus
membiasakan diri lagi menghadapi perpindahan tim dari satu kota ke kota
lainnya dengan jarak berjam-jam.
Raungan sirene “pasukan” Polantas Polres Cilacap yang membawa tim Mitra
Kukar ke Stadion Wijaya Kesuma, 27 Februari lalu, bergerak pukul 13.45
WIB. Sebelum berangkat saya sudah mencari referensi tentang Stadion
Wijaya Kesuma. Saya yakin pasti kalah jauh dengan Stadion Madya
Tenggarong.
Sepanjang jalan, saya melihat Lanus Biru –julukan suporter
PSCS Cilacap-- sudah bersiap-siap menuju stadion. Dalam benak saya,
pasti tak akan berbeda dengan fanatisme suporter Mitra Kukar. Ternyata
begitu sampai ke stadion, saya mendapat pemadangan suporter mulai
berdatangan. Lumayan juga untuk ukuran kota kecil penghasil minyak.
Waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB, kali ini saya benar-benar harus
angkat topi mengucapkan selamat.
Tribun ekonomi nyaris penuh. Bahkan penonton kelas VIP pun mulai padat. Wah
ini benar-benar demam bola telah merasuk ke warga Cilacap. Saya
mendapati pemandangan yang sama seperti ketika meliput pertandingan
Persisam Putra di Stadion Segiri. Remaja putri dan kaum ibu berbaur
mendukung tim kesayangan. Agak iri juga dengan fanatisme suporter
Tenggarong pada Mitra Kukar. Begitu peluit wasit berbunyi, hampir tak
ada tempat di Stadion Wijaya Kesuma untuk pendukung. Angka 11 ribu atau
kapasitas penuh stadion tercapai.
Asisten Pelatih Mitra Kukar Assagaf Razak pun memuji antusiasme Laskar Nusakambangan–julukan PSCS Cilacap. “Luar biasa. Padahal semula saya hanya membayangkan jumlah penonton tak akan sampai lima ribu orang. Tapi lihat saja sejak pukul 14.00 WIB ternyata penonton sudah berdatangan,” ungkap Razak.
Asisten Pelatih Mitra Kukar Assagaf Razak pun memuji antusiasme Laskar Nusakambangan–julukan PSCS Cilacap. “Luar biasa. Padahal semula saya hanya membayangkan jumlah penonton tak akan sampai lima ribu orang. Tapi lihat saja sejak pukul 14.00 WIB ternyata penonton sudah berdatangan,” ungkap Razak.
Sepanjang pertandingan pun, suasana mereka tak berhenti menyuarakan
yel-yel dukungan pada PSCS Cilacap, termasuk lagu menolak Nurdin Halid
terpilih lagi menjadi ketua umum PSSI. Sampai di situ, saya juga
mendapat kejutan. Ternyata sepanjang jalan suporter juga memburu pemain
dan pelatih untuk berfoto bersama. Tim harus menunggu hingga pukul 18.45
WIB untuk kembali ke hotel lantaran jalan masih dipenuhi Laskar Nusakambangan.
Satu lagi, sepanjang jalan warga Cilacap berdiri di pinggir jalan ingin
melihat tim Mitra Kukar. Lambaian tangan penuh semangat diperlihatkan
warga. “Ini penyambutan yang luar biasa. Jarang-jarang Mitra Kukar
dielu-elukan hingga berjejer di pinggir lapangan,” kata Pelatih Mitra
Kukar Benny Dollo.
Membangun fanatisme warga Tenggarong itu yang kini jadi pikiran
manajemen Mitra Kukar. Meski mempunyai suporter setia, namun
dibandingkan Laskar Nusakambangan, memang masih kalah. Demam
bola sepertinya belum merasuk di hati orang Tenggarong, meski memiliki
pemain berkelas dan prestasi yang bagus di kancah Divisi Utama PSSI.
Tapi saya yakin mimpi Franco Hita dkk melihat Stadion MadyaTenggarong
Seberang dipenuhi pendukung, kelak bisa terwujud. Mungkin warga
Tenggarong memerlukan sentuhan khusus untuk membangkitkan fanatisme pada
klub kesayangannya.
SUMBER : SPORT NEWS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar