Sporty Magazine official website | Members area : Register | Sign in

TRANSLATE

Jumat, 31 Desember 2010

Profesionalisme Klub LPI: Dari Pegawai Jadi Pedagang

Tahun depan Liga Primer Indonesia bakal bergulir. Sebagai sebuah hal baru, banyak tantangan yang harus dihadapi LPI, salah satunya adalah transformasi dari mental pegawai menjadi pedagang.

Musim depan LPI akan bergulir. Dari mayoritas klub kontestan, banyak di antaranya merupakan nama yang masih asing seperti Real Mataram (Yogyakarta), Bali Dewata FC, Bandung FC, Batavia Union, dan banyak lainnya. LPI juga diikuti oleh mantan peserta ISL seperti PSM Makassar, Persema Malang, dan Persibo Bojonegoro.
Klub-klub kontestan ini dihadapkan pada salah satu tantangan besar yakni bagaimana menjadi klub profesional. "Saya melihat LPI dari dua sisi. Saya menilai ini gerakan masih agak buru-buru yang muncul dari kekecewaan yang begitu dalam. Satu-satunya kritik saya terhadap LPI adalah konsep yang tak terlalu jelas.Setelah diiguyur uang Rp 20 M, klub-klub disuruh langsung jadi profesional dalam 1-2 hari. Problem besar karena klub tidak pernah punya jiwa untuk jadi pro. Harus ada pendampingan untuk masalah manajemen, administrasi, marketing dari pihak yang ahli klub," kata pengamat sepakbola Anton Sanjoyo ketika dihubungi detiksport, Kamis (30/12/2010) malam WIB.

"Ibarat jadi pegawai, dikasih uang suruh jadi pedagang. Ini repot. Nanti urusan marketing bagaimana, jual merchandise? Perlu asistensi yang cukup, konsep yang matang, blue print, agar uang dan tenaga yang dikeluarkan tidak percuma," nilai wartawan senior tersebut.

Tantangan lain bagi LPI adalah soal animo publik. Dalam laga pra-musim yang digelar bulan lalu, stadion tempat gelaran praktis sepi penonton. Memang sejak berakhirnya era galatama, basis klub pendukung di Indonesia berubah menjadi berbasis primordial dan kedaerahan.

"Ini salah satu challenge. Ketika saya masih SMP, saya melihat Galatama yang tidak ada basis fanatisme, nyatanya penonton juga penuh. Saya nonton Bandung Raya lawan Indonesia Muda, lawan Warna Agung, penonton ramai. Kalau sekarang sepakbola Indonesia ber-basic primordial, emosional, mau menuju level pro susah. Kalau pro bisa terbentuk, tim bisa terbentuk. Pendukung rela keluar uang buat tim. Basic pro saling menguntungkan secara bisnis. Klub bisa luar biasa karena pendukung," kata Anton menanggapi hal tersebut.

Anton menambahkan dalam satu hingga dua tahun ke depan bakal banyak hal yang menjadi tantangan dan kendala bagi LPI. "Kita lihat seperti apa irama, bentuknya nanti. Saya realistis saja bakal banyak kendala yang harus dihadapi. Tapi kalau memang yakin, silakan," lanjutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERITA HARI INI

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Entri Populer